Say o To Racism
Baru aja gw nonton film Hotel Rwanda, dan minggu lalu sempet nonton juga Black Hawk Down. Walaupun berbeda cerita dan sudut pandang, tapi keduanya berlatar belakang perang saudara di Afrika dan kedua2nya ditulis berdasarkan kisah nyata (klo bahasa kerennya based on true story). Walaupun semua perang menyengsarakan tapi yang namanya perang saudara lebih menyakitkan. Seperti dalam film Hotel Rwanda, dikisahkan perang antara suku Hutu dan Tutsi di Rwanda. Semuanya hanya dikarenakan kebijakan sejarah kolonial yang diterapkan di Rwanda. Satu hal yang timbul di pikiran gw ketika melihat hal tersebut, bagaimana bisa manusia2 yang tidak bersalah menjadi korban. Mari coba kita pikirkan, apakah anda yang bersuku jawa, dahulu memilih untuk dilahirkan sebagai orang jawa? Lalu anda yang keturunan Tiong Hoa dahulu ‘pesan’ kepada Tuhan bahwa minta dilahirkan sebagai orang Tiong Hoa? Hanya satu kalimat sederhana saja yang akan membuat kita sadar bahwa rasisme bertentangan dengan hukum Tuhan. “Apakah anda bisa memilih untuk dilahirkan sebagai orang tertentu?” Jawabnya tidak. Maka siapapun dia, apapun suku bangsanya dia tetap seorang manusia yang memiliki hak untuk hidup sama dengan manusia lain. Hanya orang2 yang tidak mengakui Tuhanlah yang masih mengadopsi rasisme dalam berbagai kebijakan dan tindakan. Mungkin tulisan ini tak berarti tapi coba anda tonton film Hotel Rwanda dan bayangkan seandainya anda dilahirkan sebagai suku Tutsi. Apakah anda akan menyalahkan kedua orang tua anda? Mengapa saya harus lahir sebagai Tutsi sehingga saya harus dikejar2 dan dihantui teror pembantaian seperti ini? Sebenernya contoh juga bisa diambil di Indonesia (lebih banyak malah), tapi maaf ga bisa gw tuliskan karena dikhawatirkan ada salah satu pihak tersinggung, padahal itu kenyataan (tuh di sini letak belum dewasanya masyarakat Indonesia, belum bisa menerima kenyataan buruk (sudah terbiasa menerima kenyataan yang baik2 saja, he3x.,. warisan orba donks..), daripada jadi ribut biarlah gw ambil contohnya dari luar). Bukankah taman kita menjadi indah jikalau ditumbuhi berbagai macam bunga yang beraneka warna? Hmmm.. lebih baik sikapi perbedaan ini dengan indah dan tawa, seperti apa yang dilakukan Warkop DKI, walaupun beberapa humor mereka tergolong SARA tapi justru dari situ mereka jadi mengajarkan kita untuk bisa belajar menertawakan diri sendiri. (dalam guyon2 Warkop DKI mereka tidak segan2 mencela orang jawa dengan kebiasaannya, padahal mereka sendiri dari jawa.. dsb, salut buat Warkop DKI )
- Jadi, gw mendukung abis kampanye FIFA, Say No To Racism
- Buat orang2 Indonesia yang masih menyimpan rasa tidak senang terhadap suku lain di Indonesia gw cuma mo bilang : “Aku hanya merasa, aku orang Indonesia saja..” (Indonesia Saja – Dewa)
0 Comments:
Post a Comment
<< Home