Ketika Tamu Agung Itu Pergi, Akankah?
Tulisan ini gw tulis 3 tahun yang lalu. Mungkin udah ga uptodate lagi tapi minimal bisa jadi sedikit renungan untuk kita semua dalam perjalanan kembali menuju fitri.
Bedug keliling takbiran baru saja melintas depan rumah. Mpok Nurul sibuk di dapur dengan opor dan ketupatnya, sedangkan Bang Rahman sibuk menekuni catatan-catatan zakat untuk dilaporkan pada sholat Ied esok pagi. Keningnya tampak berkerut-kerut sembari mulutnya komat-kamit menjumlah angka. Azzam yang sedari sore bermain dengan bedug mungilnya mulai bosan dan beralih menganggu Bang Rahman.
“Bi, Abbi, keliling yok! Liat bedug!”,rengek Azzam
“Bentar ya! Abbi lagi kerja nih. Tadi kan bedugnya udah lewat, Azzam liat ga?”
“Ah cuma gitu aja, ayo Bi jalan keliling.”
“Bentar lagi ya Sayang, kalo enggak nonton Aa Gym aja di TV!”
“Aa Gym udah ga ada lagi Bi, kan takbiran. Yok Abbi kita jalan-jalan ntar Ummi juga diajak... Ayo donk Bi!”
***
Tengah malam Bang Rahman memandangi Azzam yang terlelap kecapekan setelah berkeliling kompleks. Takbir masih bergema di luar sana. Masih terngiang kata-kata sang buah hati di telinganya.
“Aa Gym udah ga ada lagi Bi, kan takbiran...” Benar juga, akankah setelah Ramadhan berakhir masih mudah menjumpai Aa Gym di televisi? Akankah kalimat-kalimat dzikrullah dan isak tangis Arifin Ilham dapat didengar lagi setiap malam? Akankah kajian tafsir Ihsan Tanjung masih terus berlanjut setiap menjelang maghrib? Akankah tawa Ustadz Subkhi masih menghiasi dini hari? Akankah stasiun televisi masih mau memutar videoklip adzan subuh? Akankah para artis sinetron kembali mengurai rambutnya, setelah ditutup rapat ketika Ramadhan? Akankah Inul dkk akan kembali bergoyang memenuhi layar kaca?
Ya Allah jika begini, Bang Rahman, Mpok Nurul dan Azzam ingin setiap hari adalah Ramadhan. Wallahu alam bishawab. (buds)
0 Comments:
Post a Comment
<< Home