Budzaemon Uncensored!: April 2008

all about budzaemon & uncensored....

Thursday, April 24, 2008

Berkarakter

kupacu sepeda motor tuaku

alon-alon sing penting mlaku

Rasa ngece ora usah ngguyu

yo wis ben wae iki karepku....

(Cerpen by Gerbang)

"Bud, jual aja tuh si Darmo, nyusahin melulu, ntar duitnya bisa buat nge DP motor baru"

itu kata2 nyokap gw klo ngeliat gw sedang kesal karena si darmo ngambek dan gagal memperbaiki sendiri hingga akhirnya gw dorong ke bengkel... Hmm, sebenernya bukannya gw ga kepengen motor baru yang mulus, ga pernah mogok dan enak dipakai, tapi entah kenapa gw merasa ga interest aja dengan motor produksi massal yang pasaran, kesannya tidak berkarakter, sepintas terlihat sama semua, demikian pula dengan yang dimodif bolt on, karena piranti modifnya pun dijual pasaran jadi sudah didandanin pun tetap aja terlihat sama, kecuali masuk modifnya ke builder yang emang full custom (dan itu berarti butuh duit lebih besar lagi).

Menurut gw naik motor yang berkarakter kuat dan terlihat beda sendiri di jalan merupakan kebanggan tersendiri, seperti ketika mengendarain si mbah darmo ini. Walaupun ini cuma Honda GL100 yang sebenarnya produk pasaran juga tapi gw menganggap berhasil mendandaninya dengan sesuatu yang beda. Ga jarang orang mengira ini adalah Honda CB, atw ketika di jalan di lampu merah pasti ada aja orang yang nanya," Motor apaan Mas?" Wajar karena memang tampilan awal GL100 ini lebih mirip motor2 tukang pos, jadi ketika tampilannya udah kayak gini jadi terasa beda, dan itu yang gw bilang berkarakter, lagipula masih jarang di jalan gw temui motor kayak gini diubah jadi bentuk mirip si Mbah Darmo, yang ada paling Mio jadi gaya retro. Sampe2 temen gw meledek, "Malah jadi mirip HD (maksudnya Harley Davidson bukan Heryawan-Dede Yusuf lho) kecil Bud, tp ini mah Honda Davidson he3x..".. he3x.. emang itu tujuan gw, pengennya sih jadi mirip motor2 jaman dulu tapi untuk sementara baru bisa jadi kayak gini ya udah cukup berkarakter lah, ketimbang beli motor baru.. he3x... (ntar klo punya duit lagfi mending beli Binter Merzy sekalian, dimodif jadi chopper)

Kebetulan film The Tharix Jabrix keluar, he3x, bisa jadi motor kayak gini jadi trendsetter gaya motor selanjutnya sip dah

Monday, April 21, 2008

Cerita di Hari Kartini

Hmmm, mo nulis apa yah di hari Kartini? klo nulis tentang emansipasi, persamaan gender hingga kaum feminis kayaknya udah banyak yang melakukannya, lagipula gw ga ahli soal nulis yang serius2 gitu.. Hari Kartini, apa ya? gini aja deh, karena ini blog judulnya all about Budzaemon, jadi mending gw crita soal kartinian yang pernah gw alami aja kali ya. Jujur aja semejak selepas SMA gw mungkin ga pernah lagi meraskan semaraknya hari Kartini, bagi gw hal ini berlalu begitu saja seperti hari2 biasa, tapi klo inget2 dulu, he3x, hari Kartini jadi sesuatu yang penuh kesan dan kadang lucu.
  • Jadi Dirigen, Hari Kartini di masa TK adalah hal yang paling menyenangkan sekaligus mendebarkan, karena itu berarti sehari sebelumnya nyokap gw harus udah standby cari pakaian daerah buat gw. Klo anak2 TK yang laen dengan mudahnya disewain pakaian dareah, nah klo gw? untungnya gw punya nyokap yang super duper kreatif (dan ini mungkin nurun ke gw, halah). Dengan kemeja koko, dipadu celana panjang plus sarung yang dililit di pinggang dan terakhir kopiah di kepala jadilah tampilan gw Budzaemon ala Melayu, sepintas mirip Mahatir Muhammad di waktu kecil (halah). Gw yang ketika TK sudah menonjol kepandaiannya (lagi2 halah, eh tapi bener lho) mendapat tugas memberi aba2 menyanyi pada teman2 gw, istilah kerennya dirigen. Dengan gerakan tangan seadanya (ya iyalah, anak TK saat itu mana ngerti ketukan 3/4, 4/4 dsb, mungkin beda klo TK elit, kebetulan TK gw bukan TK elit, lokasinya pun di belakang rumah gw) gw memimpin teman2 gw menyanyikan lagu Indonesia Raya, hi3x.. ternyata dari kecil yang namanya Budzaemon udah tengil dan sok tau yah.. (nanti deh fotonya gw pasang)

  • Tragedi Onad, Mungkin ini cerita hari Kartini terlucu yang pernah gw alami, kejadinannya adalah ketika gw kelas 3 SMA (jauh bgt rentannya, dari TK langsung ke SMA, kelas 3 pula, yah, maklum deh, antara rentan itu, Hari Kartini isinya cuma upacara doank). Ceritanya SMA gw ngadain kontes Kartini-Kartono (standar lah, setiap skul juga pasti ada), dan kelas gw menjadi ricuh karena ketika penetuan utusan Kartono dari kelas gw ga ada satu pun anak cowok yang mau. Tau sendirilah, anak2 cowo kelas 3, IPS pula, menjadi Kartono berjalan di tengah2 lapangan berpasangan dengan si Kartini merupakan sasaran empuk cela2an temen2 sekelas (baca : satu sekolahan) dan itu adalah aib yang tidak akan hilang sampai STTB dibagikan. Karena suasana rapat kelas sudah semakin ricuh (kalah deh sidang DPR di Senayan), akhirnya teman gw si Batak Lugu Leonard (panggilan akrabnya adalah Onad) yang menjadi ketua kelas mengambil keputusan untuk melakukan voting (karena juga sudah dikejar deadline pendaftaran), sebelum voting dia sempat mengancam anak2 "Woy, pokoknya awas yah, klo yang udah kepilih ga mau!!!" Kami sekelas pun melakukan voting hasilnya? Huahaha, si Onad terpilih dengan angka kemenangan mutlak. Onad yang semula terlihat gahar dengan bulu2 (yang utk ukuran anak kelas 3 SMU jumlah bulu si Onad termasuk hiper, mungkin bisa disebut sebagai sindrom Hiperbulunikus rambutus) di sekujur tangan berubah jadi lemas. Para cowok yang semula khawatir (termasuk gw) menjadi tumbal kelas, berubah jadi riang memberi selamat pada Onad. Onad yang malang hanya terdiam duduk di sebelah gw (yang mana itu adalah bangku paling depan, tuh kan terbukti klo gw emang aneh dari dulu (halah), mana ada cowok kelas 3 IPS yang mau duduk di depan) "Udah Nad, santai aja kali" gw mencoba menghibur Onad. Dengan wajah lugu namun menyeramkan (gimana enggak, lugu sih lugu tapi penuh bulu) si Onad curhat ke gw " Gw sih bukan apa2 Bud, gw cuma bingung besok gw mesti ngapain?" dalam hati gw tertawa, malah si Onad sempet berlagak ingin terjun dari lantai 2, untungny icegah sama anak2. Iya sih, inilah yang disebut tumbal Kartono, ketika terpilih harus rela keeseokkan harinya bangun pagi sekali, mencari salon, mencari busana sewaan, didandanin, lalu cari taksi menuju perjalanan ke skul, belum lagi dicela2 di skul.. ooh, poor Onad. ya udah deh Nad, gw turut berduka aja deh.. yang pasti gw besok mo liat kontes itu, jgn GR dulu NAd, gw bukan pengen liat Loe, tapi pengn liat si Niken, adek kelas kita yang jadi gebetan gw selama SMU, halaaaaahh.. terakhir kali ketemu Onad ketika reuni dia sekarang lagi S2 di ITB, wah salut Nad.. itu sekilas cerita tentang loe

Sunday, April 20, 2008

Big Daddy

(lagi2 ngeresensi film lama, biar deh kan lumayan jadi referensi klo lagi ke rental) Sonny (diperankan Adam Sandler) adalah pengangguran yang ditinggal kekasihnya karena dianggap tidak memiliki masa depan, setelah lulus kuliah hukum, menurut sang ayah keseharian Sonny ibarat seorang bocah 6 tahun yang urakan, tanpa arah,tidak punya pekerjaan dan seolah menjalani hidup tanpa beban. Hingga suatu pagi seorang anak 5 tahun bernama Julian diantarkan kepadanya beserta sebpucuk surat. Surat tersebut ternyata menyatakan bahwa Julian adalah anak dari hasil hubungan gelap Kakak laki2 Sonny di masa lalu. Kakak Sonny kini sedang tugas ke Cina dan akan menikah. Demi menyelamatkan 'pernikahan' sang kakak, Sonny mencoba mengambil alih urusan bocah lima tahun sambil menunggu Kakaknya pulang dari Cina. Mencoba mengurus anak bagi seorang bujangan seperti Sonny bukanlah hal yang mudah, namun Sonny bertekad untuk tetap merawat Julian agar Julian tidak diambil alih oleh Dinas Sosial, selain itu dengan merawat Julian, Sonny mengharapkan kekasihnya akan kembali karena akan dinilai sebagai bentuk 'pembuktian seorang laki-laki yang mau melakukan hal besar dan bertanggungjawab'.

Gaya hidup urakan Sonny pun tercium oleh Dinas Sosial yang akhirnya memtuskan Julian harus diambil alih karena dianggap tidak mampu merawatnya, hingga akhirnya berkasus di pengadilan.

Bagaimana nasib Julian selanjutnya? Apakah Sonny berhasil mendapatkan kembali Julian? Akankah cinta mampu mengalahkan segalanya? tonton deh klo otak lagi suntuk dan butuh drama komedi khas Adam Sandler yang ringan.

Kampus 'Artis'

Dulu inget banget ketika gw kuliah di Poltek, si Beggy salah satu sobat gw cerita klo dulu SMAnya dia bisa dibilang sekolahan artis, mulai dari KD, Wanda Hamidah sampe yang terakhir Anya Dwinov dan Teuku Wisnu, rasanya prestise diri sebagai orang yang sama2 menuntut ilmu dalam satu atap ikutan naik. Nah, klo kampus gw yang ini, banyak 'artis'nya juga dan moga2 bisa ikutan menaikkan prestise gw (ha3x..) tapi? kok kenapa pake tanda kutip? itulah yang membedakan artis dalam arti harfiah dengan 'artis' ga sengaja maksudnya, ga sengaja mukanya nyrempet2 mirip atw minimal dikatakan nyrempet oleh orang lain walaupun kadang diri sendiri ga merasa (justru beban). Nah ini adlah tulisan gw tentang 'artis'2 di kampus gw (buat yang merasa jangan tersinggung yah, justru harus bangga :-P
  • "Rizki The Titan" Berawal dari salah satu teman gw sesama anak tongkrongan kantin Mami yang potongan rambutnya mirip Rizki The Titans, akhirnya sempat beberapa saat dia menyandang gelar The Titans Bajakan he3x, tapi emang dasar bocahnya gokil abis, dia malah PD dengan menyanyikan lagu "..jangan kau harap lagi.." setiap kali kita ledek2 sebagai Rizki. Belakangan rambutnya ganti potongan walau begitu sisa2 Ke-RizkiTheTitan-annya (halah) masih terlihat (weeeh Bader, gw salut sama PD loe, sori nyebut merek he3x..).
  • "Doddy Kangen Band" Lain lagi kisah keartisan temen gw yang satu lagi, awalnya gw ga begitu kenal sama nih orang, hingga pada suatu saat dia ketahuan masuk kelas periklanan gw, diapun ditegur sama dosen dan ditanya namanya, tiba2 oleh teman2 yang lain diceletukkin "Tau tuh Bu, marahin aja Bu, personel Kangen Band, gitarisnya" sontak aja otak gw langsung memproses wajah temen gw itu dengan sisa2 memori di dalam folder 'yang tidak perlu diingat, karena bisa bikin muntah' yakni personel kangen Band, dan..huahahahaha, gw jadi ngakak sejadinya, emang tuh wajah temen gw mirip banget sama si Doddy gitarisnya Kangen Band. belakangan gw jadi lumayan akrab sama nih bocah gara2 sering ngobrol soal motor (tapi sampe sekarang sumpah gw belum tau nama aslinya nih orang :-P).
  • "Meychan" Begitu masuk kelas Sistem Budaya Indonesia di Rabu pagi, si Ajer ngoceh "Nyet duduk sini aja di belakang Meychan" gw yang tadinya ingin duduk di depan jadi mengikuti si Ajer, lagipula Deny sobat gw satu lagi juga mengamini kata2 si Ajer. Selama pelajaran gw penasaran mana si Meychan, eeeh setelah liat wajahnya, huahaha.. iya sih tuh cewek mirip Meychan, putih, cakep, rada sipit tapi yang ini rada2 Chubby (hmm manis juga sih jaaah, inget Bud beda kasta, dia muka cetakan baru lha loe kan muka cetakan lama). Hingga sekarang karena tidak tahu namanya gw dan temen2 menggunakan kata"Meychan" sebagai kata ganti buat cewek itu...
  • "Afgan" "Tuh kasian banget si Afgan duduk sendirian disitu, kemana Thalita Latiefnya" celoteh gw ke Adit yang disebelah gw ketika nongkrong di taman kotak. Si Adit pun tertawa kecil. He3x, siang itu emang gw sedang membunuh waktu dengan coba2 nongkrong di taman kotak yang bisa dibilang salah satu lokasi 'surga' cuci mata di kampus gw. Setiap orang yang lalulalang selalu jadi perhatian termasuk si "Afgan" yang duduk termenung di taman (kayaknya sih lagi nunggu temennya).
  • "Andra Dewa19" Masih dalam rangka melewatkan waktu di kampus di taman kotak, ga jauh dari tempat gw nongkrong ada sekumpulan mahasiswa yang sedang melakukan kegiatan berguna seperti gw dan temen2 gw (berguna:nyela2in orang, ngeliatin cewek2 yang lewat, ngekhayalin mereka dan ngobrol jorok <==damn, ini mah kerjaannya si Ajer). Langsung gw berbisik pada si Adit "Dit, si Ajer mesti ati2 tuh ngomong kayak gitu, ga liat apa di sebelahnya?", "Apaan?" tanya Adit. "Iya, klo kedengeran bisa digenjreng, kan sebelah Ajer itu si Andra" Huahahahaha, si adit pun ngakak lagi, biar Adit tambah senang akhirnya gw tambahin "Dit, sekalian aja loe daftar les gitar sama Andra..klo beruntung bisa ketemu Ahmad Dhani malah". Gile tuh mahasiswa emang lekuk2 mukanya mirip banget Andra, terutama idung n garis matanya.

Begitulah kampus gw yang penuh 'artis' baik artis beneran baik artis pake tanda kutip he3x.. minimal bisa ngurangin kegaringan di sini (terutama si mbak Meychan.. ehm..)

Tuesday, April 15, 2008

IPA?

Sembari menunggu macet di mikrolet mata gw melayang ke sebuah papan iklan les privat yang terpampang di pohon di pinggir jalan Kalimalang:

IPA? UAN? SPMB? jangan takut hub : bla..bla..bla...

Hey, coba kita baca dari awal : IPA? hmm, apa maksudnya yah? klo yg gw tangkep sih, dari semua tulisan itu adalah sebuah tujuan impian bagi siswa-siswi SMA. Yah, prestise jurusan IPA yang hebat, berisi anak2 pintar diperjelas dengan sistem saringan nilai yang ketat namun timpang. Mengapa gw bilang timpang? Status buangan pada jurusan IPS sangat jelas terasa (contoh pada SMA gw dulu (dan mungkin masih sampai sekarang)), siswa-siswi yang nilainya tidak memenuhi syarat maka secara otomatis masuk ke jurusan IPS. Maka momok sebagai jurusan buangan makin lekat pada siswa-siswi IPS. Padahal, klo mo adil seharusnya dalam menentukan jurusan IPS pun harus melihat nilai2 IPS, maka tidak mengherankan ketika dulu di kelas gw banyak juga anak2 IPS yang setiap ulangan akuntansi, antropologi, sosiologi, dan tata negara cuma bisanya nyontek (termasuk gw hehehe, tapi klo akuntansi gw ngerjain sendiri, soalnya ga ada waktu buat nyontek, wong bikin garis2 utk tabel aja udah ngabisin 1/2 jam). Siswa-siswi ini semakin tidak percaya diri ketika memang IPS menjadi 'biang' segala hal negatif di sekolah, mulai dari julukan brisik (emang iya sih he3x..), bandel (ah bandelnya relatif kok) hingga tidak pernahnya nilai jurusan IPS dijadikan ukuran peringkat keunggulan sekolah (yang dijadikan tolak ukur selalu nilai2 jurusan IPA).. yah, sudahlah mungkin memang nasib anak2 IPS selamanya menjadi anak buangan, maka wajar klo di papa iklan les privat itu IPS tidak menjadi tujuan impian, toh klo mo masuk IPS caranya mudah, ga usah belajar aja dijamin pasti nanti masuk IPS, beda klo mo masuk IPA yang harus mati2an begadang nyelesein itung2an mulai dari katrol, timbangan, orang tarik tambang, listrik sampe pusing mikirin rantai atom karbon (damn..)

Soichiro Honda

Widih, baca2 forum ada komik bagus yang inspiratif dan kayaknya langka banget. Kata2nya bagus banget dan konon isinya sangat inspiratif :
Ini sekilas isinya :

Takdir Pak

"Kenapa Patimura tertangkap? Seno?"

"Takdir Pak.."

Itu kutipan dari sebuah iklan televisi yang akhirnya terlintas di benak gw tadi pagi ketika melintasi macetnya Jakarta di sebuah mobil berwarna biru (bilang aja mikrolet), sementara jam mbak2 di sebelah gw menunjukkan pukul delapan menuju 8.30. Hari ini adalaha minggu terakhir menuju ujian Mid, dan gw wajib masuk karena selain untuk mengumpulkan tugas2 juga karena banyak amanah yg harus gw selesaikan di kampus, di antaranya tugas temen gw yang gw pinjem harus gw balikin hari ini. Kenapa gw di dalam mikrolet? motor kemana Bud?

Yah pertayanyaan itulah yang cukup membuat gw jengkel hari ini. Selesai keluar bengkel ceritanya kemarin tuh motor ga sempet gw jajal2 lagi, langsung masuk garasi dan dikerodong plastik biar ga keujanan. Pagi ketika berangkat semua baik2 saja hingga menjelang pertigaan Radin Inten, gw merasakan sesuatu yang ga beres. Apakah itu? Waks.. tuas perseneling gw kok ga ada, damn, pasti ini orang bengkel kemarin masang tuh tuas ga kenceng, sehingga ketika gw ganti2 gigi mungkin kenbdor dan hingga akhirnya lepas hilang entah kemana. Perasaan gw mungkin lepas ketika di daerah Curug, soalnya gw inget di situ gw masih sempet nurun2in gigi karena macet. Alhamdulillahnya, posisi gigi yang sedang masuk adalah gigi kecil, sehingga serasa naek motor matik (cuma rpm aja yang meraung), kebayang klo ternyata di gigi besar, tuh mesin bakalan mati ketika kopling gw lepas dan, pastinya gw mesti dorong tuh motor. Padahal ketika keluar rumah juga perasaan gw udah ga enak, kok nih motor kelistrikan DCnya mati semua (mulai dari klakson dan sen), sebenrnya berbahaya juga, tapi karena demi ingin mengumpulkan tugas, akhirnya gw paksakan juga hingga akhirnya sadar tuas persneling tadi lepas.

Klo udah begini ga mungkin gw paksakan ke kampus (masa gw ngampus cuma pake gigi 1 doank, pas macet sih gpp, lah klo pas butuh ngebut?) akhirnya gw putuskan untuk kembali ke rumah, naroh tuh motor dan siap ke kampus dengan mikrolet. Waktu utk balik arah aja udah memakan waktu, hingga gw liat jam di rumah ketika akan berangkat sudah menunjukkan waktu pukul 8.Sekarang ceritanya gw berlaku sebagai manusia yang tidak menyerah untuk kembali ke kampus dengan mikrolet walaupun waktu sudah semakin siang.

Menjelang Pangkalan Jati ada kejadian yang sempet membuat gw mengumpat pada seorang bapak di depan gw. Melihat gelagat macet di depan si supir tampaknya berniat untuk masuk tol

"Ini Cawang semua kan?"

dalam hati gw langsung bersorak Yes, sambil menjawab dengan PD dan lantang yang juga diamini oleh hampir seluruh penumpang "IYA"

eh tiba2 seorang Bapak di depan gw merusak kegembiraan seluruh penumpang mikrolet, dengan wajah lugu dan nada sok tak berdosa ala kakek2 bijaksana di sinetron(ha3x.. padahal gw keki berat) "Saya, di Cipinang"

Jaaaahhh, si supir yang tadinya mo ngambil arah tol akhirnya ga jadi.. dan? setengah jam akhirnya hanya bergerak 50-100 meter saja, benar2 kemacetan yang stag. Gw lirik jam mbak2 di sebelah gw (sumpah jamnya doank, ga mbak2nya he3x...), jam 1/2 9 huh... otak gw mulai hitung2an :

  1. Hari ini gw kuliah hanya satu makul saja, dan itu masuk jam 8
  2. Seandainya setelat2nya gw sampe kampus, pasti baru nyampe kampus jam 10an dan itu berarti mata kuliah udah selesai
  3. Keperluan utama gw ke kampus sebenarnya utk ngembaliin tugas temen gw yang w pinjem, sementara tugas ke dosne masih bisa dikumpulin besok2.
Akhirnya, dengan langkah ringan gw melangkah ke luar mikrolet sambil membayar dan gw menyebrang untuk balik arah, lho? ya udahlah, mungkin emang takdir (klo di tulisan gw yang lain gw sebut sebagai faktor X) hari ini gw ga bisa nyampe kampus, dengan cobaan yg tadi pagi dan gw berusaha ternyata setelah gw hitung2 hanya kesia2an klo dipaksain ke kampus, daripada buang2 waktu, mending gw balik ke rumah, masukin motor ke bengkel, dan bisa ngerjain yang lain..

Yah walaupun di dalam hati gw sangat kesal, dongkol, dan bingung ingin menyalahkan siapa (rasanya ingin menyalahkan Tuhan dengan pertanyaan : Ya Allah, gw cuma pengen kuliah, biar gw bisa melanjutkan pendidikan gw yang tertunda, tapi kenapa dikasih halangan yang kayak gini sih, minggu lalu gw udah ga masuk gara2 sakit) Fyuuuh, tiba2 ada pikiran yang membuat hati gw tenang, yah mungkin ini ujian dari Allah, hmmm, klo sedang dalam kondisi kayak gini biasanya gw inget kondisi paling minim yang pernah gw alami..supaya di dalam hati timbul kekuatan untuk tabah, ibarat kata, ah dalam kondisi yang lebih parah dari ini aja gw bisa bertahan, masa cuma kayak gini aja gw mesti menyerah.. so, ya sudahlah, mungkin ini yang disebut takdir, sekuat apapun kita berusaha klo emang 'ga jodoh' ga akan terjadi, namun yang terpenting adalah kita sudah mencoba.... akhirnya gw melangkah ringan menuju kembali ke rumah

Sunday, April 13, 2008

Nyoblos Lagi

Bangun tidur langusng diingetin nyokap untuk nyoblos, (hah? nyoblos apaan?) oh iya hari ini ada PILKADA Jawa Barat yang calon2nya kemarin sempet debat di TV. Nyokap pun sempet tanya ke gw

"Bud, nyoblos yang mana? Yang nomor itu* lagi?"

"Terserah Ibu lah, aku sendiri udah ga terlalu peduli lagi kayak dulu Bu, terserah mo nyoblos yang mana"

"Lah?"

"Ya, terserah klo Ibu masih percaya sama yang itu* kayak dulu2 aku bilang sih ya ga pa pa, pokoknya sekarang terserah deh"

Mungkin nyokap n keluarga gw yang laen binung ngeliat gw yang kayakanya emang ga peduli sama hajatan ini. Hmm, padahal di dalam hati gw terpikir untuk tidak nyoblos, udah sejak pemilihan walikota kemarin gw ga nyoblos, dan (mungkin) termasuk hari ini, tapi?

"Bud, buruan gih sono jalan, ga enak ditungguin Pak RT"

akhirnya perintah nyokap itu membuat gw melangkahkan kaki ke TPS, nyokap dan keluarga gw yang lain nanti agak siangan baru jalan ke TPS. Sesampainya di TPS, suasana cukup lengang (beda banget ketika dulu PEMILU) mungkin juga karena waktu yang sudah beranjak siang, yang gw tau di daerah gw ini kebanyakan orang2 nyoblos pada pagi hari, udah gitu ada yang bawa anak, pakaian rapi pokoknya sekilas mirip kayak mo kondangan atau pikinik aja (bahkan dulu ketika PEMILU suasananya serasa lagi lebaran). Beda banget sama gw yang dateng cuma dengan jeans dan t-shirt seadanya. Setelah menyerahkan tanda pemilih, lalu mengambil kartu gw pun masuk ke bilik suara (bukan bilik sih, cuma kayak kaleng krupuk di belah aja he3x..), bismillahirahmanirrahim...

tanda pilihan nomor satu gw coblos, lalu, tanda pilihan nomor dua juga gw coblos, ga sampe di situ tanda pilihan no tiga yang tampangnya sangat gw kenal pun gw coblos juga.. lho?

Yah, anggap aja aspirasi gw adalah : terserah siapa aja yang jadi, gw ga peduli, so golput is not crime isn't? buat gw sekarang siapa aja yang memimpin sama aja hasilnya : rakyat makin susah, tiap weekend di depan komplek gw berjajar jerigen minyak tanah sejak sebelum subuh, belum lagi denger keluhan ibu2 termasuk nyokap gw yang bilang harga2 makin mahal, dan itu rasanya belum cukup bagi para eksekutif di atas sana untuk 'membunuh pelan2' rakyatnya dengan menambahkan kasus langkanya elpiji di masyarakat.

Mungkinkah gw telah kehilangan harapan?

selanjutnya gw keluar dari bilik suara dan memasukkan kertas suara ke kotaknya lalu dengan langkah ringan berjalan menuju kembali ke rumah, beserta seribu macam pikiran berkecamuk di otak gw

*yang itu = calon dari sebuah partai dimana dulu gw sempet aktif di dalamnya

Thursday, April 10, 2008

Thanx To Afgan n RAN

Fyuuuh, tengkyu berat buat kehadiran Afgan dan RAN di belantika (halah) musik Indonesia, sangat mengobati kuping gw yang udah lama rindu denger musik2 kayak gini 9bukannya sok highclass seleranya, tapi biar pun awam soal musik, gw masih sensitif membedakan kualitas musikalitas lagu), bukan oleh band2 kacrut yang makin merajalela baik di MTV hingga Handphone temen2 gw. Minimal sekarang di kantin setiap memutar musik di HP ada pilihan baru yang tidak membuat muntah, berbeda dengan kemarin2 yang selalu semarak musik2 kacrut dengan band numpang lewat* doank yang (entah mengapa) temen2 gw kok pada rela ngurangi memori HPnya nge-save tuh lagu..

Gw setuju banget dengan Giring Nidji yang menyatakan di salah satu majalah terkenal ibukota (kebetulan majalah adek gw he3x..), " Gw kangen dengan MTV yang dulu, yang sangat care dengan kualitas musik untuk bisa tampil di MTV" hmm, semoga pembaca semua masih ingat ketika dulu betapa bangganya para newcomer jikalau video mereka bisa tayang di MTV (dan kita pun sangat appriciate dengan musiknya), berbeda dengan sekarang yang seolah siapa saja bisa masuk sekalipun dengan mengusung musik kacrut.

*kliatan deh gaya band numpang lewat : muka cetakan lama tapi tetap diusahakan modis walaupun terlihat dipaksakan, lirik ga jauh2 dari merengek2 tentang cinta, tunggu aja apakah sanggup bertahan hingga album2 berikutnya. (damn, di warnet ini ternyata juga sedang nyetel salah satu lagu kacrut)

Duel Maut

Masih berkisar tentang motor, iseng2 bikin perbandingan kedua tunggangan kesayangan gw ini, berikut ulasannya

Speed

Si Abang memang rajanya memanjakan nafsu ngebut gw dengan top speed terutama di flyover kalibata atw klender. Apalagi baru2 ini udah dipasang CDI programmable, jadilah si abang sekarang terus gw cari settingan yang pas untuk pelepasan gairah (halah) ngebut gw. Klo Mbah Darmo emang gw belum tau topspeednya berapa, soalnya sebelum sempet jajal, tuh speedo meter udah gw bongkar duluan demi mengejar tampilan jadul, tapi terasa jelas topspeednya jauh di bawah Si Abang (ya iyalah secara kapasitas silinder juga beda kelas). Jadi si abang Menang urusan Top speed

Gaya

Sebenarnya masing punya karakter sendiri2, si Abang gayanya lebih pas buat kesan racing look dan sensasi ‘pamer’ di jalan. Sedangkan si Mbah lebih kepada gaya jadul yang konservatif namun berkarakter kuat. Singkatnya si Abang buat memenuhi ambisi ‘sombong gw’ yang kadang meledak2 nah si Mbah buat pelarian ketika jiwa kalem, ego dan mellow gw lagi kumat. Posisi gw nyatakan Draw alias seri

Di Mata Cewek

Huahaha, jelas di mata cewek terutama cewek2 yang mestinya ke laut aje (halah bilang aja matre) si Abang lebih mampu mengangkat harkat dan derajat gw di depan mereka, ketimbang si Mbah. Apalagi si Abang udah sering gw pake buat boncengin berbagai cewek (yaah ketahuan deh, padahal dulu janji ke nyokap klo punya motor ga bakal boncengin cewek kecuali yang udah sah jadi istri, atw klo bener2 kepepet, halah kayaknya alasan yang kedua lebih masuk he3x..) mulai dari pacar beneran, pacar boongan, gebetan (ehm..), yang iseng2 doank (siapa aja tuh?), sampe cewek2 cakep ga punya otak yang matanya ijo klo ngeliat co pake barang bagus (di kampus gw banyak tuh, huahaha). Sedangkan pengalaman dengan si Abang belum pernah sama sekali karena juga boncengannya sempit (lagipula akhirnya gw sadar, naek motor itu enaknya sendirian, klo mo bonceng bilang suruh bayar bensin huahaha, ikut2an matre). So, di mata kaum hawa si Abang lebih memikat ketimbang Si mbah

Ergonomi

Jaaah, si Abang menang tampang doank, secara ergonomi, nih motor klo dipake di lalulintas Jakarta cuma bikin sakit pinggang doank. Si Mbah yang posisinya standar abis justru memberikan kenyamanan mengemudi yang ideal baik untuk jarak jauh maupun dekat. Karena si mbah ga bikin sakit pnggang jadi Si Mbah menang

Macet dan Parkir

Huahahaha, jelaslah, secara ergonomi si mbah mampu memberikan kenyamanan termasuk dikala macet, bisa nyalip2 seenaknya sedangkan si abang yang emang sudah mengalami modifikasi ala racing mewajibkan gw mengeluarkan tenaga ekstra setiap mengalami kemacetan, beloknya ga bisa patah, wheel base lebih panjang dan lebih berat (klo begitu dulu gw kuat juga yah, kan si Abang dulu gw pake harian selama lebih dari 1 tahun, jam2 kantor lagi…). Begitu pula ketika akan parkir, beeeh si Abang kadang ‘ngerepotin’ mulai dari beloknya, kekhawatiran takut kesenggol2, keamanannya he3x, klo si Mbah mah cuekkk, jadi si mbah menang lagi.

Jalan Rusak, Banjir, Dialihkan

Sebenernya keduanya sih tipe tangguh, si abang sering gw pake libas banjir dan alhamdulillah lancar2 aja (malah ada motor2 yang lebih mahal dan lebih terkenal mereknya daripada si abang yang mati pas sama2 lewat banjiran tsb) Cuma gw condong memilih si mbah, kenapa? He3x.. lebih kepada perasaan sayang aja, kasian si Abang klo buat lewat gitu2an, bukan peruntukkannya, klo si mbah mah cuek aja lah, motor butut ini, rusak atw lecet juga ga terlalu kepikiran (ha3x.. moga2 si mbah ga denger). Mbah…panjenengan menang lagi mbah…

Ekonomis

Si Abang sebenernya tipe motor batangan yang hemat, apalagi gw klo bawa ga pernah digeber2 (dulu sih, he3x..) kecuali klo lagi kumat, tapi semenjak si abang gw re-orientasikan untuk sekedar mengejar speed dengan berbagai perubahan di jeroannya otomatis menyedot lebih banyak bahan bakar (belum lagi si abang gw manjakan dengan pertamax yang sekarang harganya di atas 8000 gilaaaa). Jadi jelas si Mbah menang jauh untuk urusan ekonomis, apalagi di harga BBM yang makin naek gini, dengan premium 10 ribu si Mbah mampu bertahan hingga 3 hari (bahkan kadang bisa cukup sampe seminggu)

Ejekan

Keduanya pun sudah mengalami ejekan2 dari berbagai kalangan tapi yang paling dahsyat gw ambil adalah, satu si Abang, dicela polisi waktu kena razia STNK dan ketahuan belum bayar pajak: “Wah Mas, motornya cakep kayak gini tapi bayar pajak donk!” Sedangkan si Mbah, he3x.. baru aja tadi, dicela si Ajer “Bud, klo motor loe yang bawa si AS (itu lho cowok terganteng di kampus gw) pasti kliatan kayak ducati, tapi berhubung loe yang bawa, jadi kliatan makin jadul banget” (maksudnya klo tuh motor yang bawa orang keren bakal ikut keliatan keren, nah klo yang bawa orang tua (gw diceng2in sbg orang tua karena ya emang gw paling tua di angkatan 2006) makin kliatan tua) langsung gw jawab “ Sial, berarti motor disama2in sama muka ownernya donk, maksudnya gw tua banget klo gitu?” Ha3x.. jelas soal menuai ejekan si Mbah menang karena si majikan kecipratan ejekan pula he3x..

Mogok

Hm, predikat mogok tentunya si Mbah nomor satu secara frekuensi, maklum motor tua, ada aja troublenya (konon kata para penggemar motor tua yang beneran (klo si mbah kan motor tua gadungan) di situlah seninya), tapi walau begitu, si Mbah tergolong mudah dipantau dan diperbaiki klo mogok, paling klo ga busi, karbu dan terakhir kabel2 kelistrikan, dan bisa gw lakukan sendiri bahkan dalam kondisi di jalan sekalipun, karena memang ga repot mesti bongkar fairing segala, beda dengan si Abang klo mogok di jalan (walaupun belum pernah dan jangan sampe (paling kasus keabisan bensin doank)) bisa bikin lemes, mulai dari dorongnya yang berat hingga terbayang harus bongkar fairing klo mo cek busi. Terakhir kemarin paling parah si Abang mogok mati total di kampus (untungnya di kampus), sampe harus gw inapkan dan akhirnya besoknya gw angkut pake truk, habis 250.000 buat bayar truknya. Damn.. jadi soal mogok… si Mbah gw menangin.

Dari semuanya kayaknya yang menang si Mbah yah, he3x.. wajarlah lahir duluan jadi pengalaman banyak so pasti jadi pemenang.. oke deh mbah, selamat yah he3x.. <==kayak orang gila yah gw, kayak ginian aja ditulis2 (lah yang baca lebih gila lagi, wong tulisan orang gila kok dibaca he3x..)