Kata JS Furnivall dalam buku Sistem Sosial Indonesianya Pak Nasikun (cyeee ilmiah nih), masyarakat Indonesia pada masa Hindia Belanda dibagi atas tiga golongan berdasarkan ras yang menjalankan fungsinya masing-masing, apalagi masyarakat kita berangkat dari masyarakat kerajaan maka sisa-sisa nilai-nilai pembagian kasta tersebut terutama feodalisme masih terasa hingga sekarang. Generasi muda seperti gw dan teman2 gw yang berpikiran moderat pun menjadi korban 'pengkastaan' masyarakat ini oleh golongan tua (halah). Kenapa sih gw nulis hal kayak gini, sok ilmiah pula depannya bawa2 Pak Nasikun?he3x.. ini bercermin dari beberapa kasus yang baru gw alami.
Kemarin salah satu temen gw cerita, hubungan dengan ceweknya yang sudah dijalin selama lebih dari 4 tahun sepertinya akan kandas di tengah jalan, padahal hubungan tersebut sudah sangat kuat (menurut gw) keduda belah pihak keluarga sudah saling kenal, mereka juga sudah mapan secara ekonomi satu sama lain, tetapi alasan temen gw utk 'tidak peduli' terhadap hubungan tersebut cukup menyakitkan juga
"Sepertinya baru terasa sekarang Bud, klo kita ga bisa lanjut ke tingkat yang lebih serius"
"Wah kenapa Bro?"
"Yups, baru kerasa sekarang klo keluarganya ga merasa cocok dengan 'kasta' keluarga gw"
"Trus?"
"Yah, gw sekarang ada orang baru lagi yang mungkin bisa dibilang ini yang bakal lebih serius"
"Maksud loe, loe selingkuh?"
"Yups, dengan orang yang bisa nanti akan serius dengan gw, dengan orang yang kastanya sama dengan gw.. dan buat gw sekarang dia justru yang pertama"
"Lah, si itu (cewek pertamanya dia) gimana?"
"Tau deh.."
Hmm.. menyedihkan juga yah, sepertinya temen gw itu menjadi korban nilai-nilai feodlaisme sisa peninggalan Belanda yang masih dianut oleh keluarga ceweknya (ah tapi ga tau juga, apa jangan2 ini alasan dia aja buat selingkuh, mang kebetulan sobat gw ini doyan banget maen api he3x.... eiitss, balik ke inti cerita). Memang terkadang kita yang mengaku makhluk yang berepikiran moderat tidak bisa berkutik dengan hal-hal demikian yang memang sudah mendarah daging di masyarakat kita, prestise kasta yang diukur dari status ekonomi menjadi acuan utama (klo kata ahamd dhani seperti : seolah hidup kita ini hanya ternilai status rupiah). Tapi di sisi lain gw yang mengaku moderat kadang larut dalam arus ini juga, seperti ketika gw mulai menjalin hubungan dengan seseorang yang alhamdulillah bersambut baik. Terutama belakangan2 ini ketika gw tau ternyata dia seorang mahasiswi kedokteran yang sedang koass di sebuah RS. Awalnya dia mengaku hanya mahasiswi keperawatan yang sedang magang praktek tapi belakangan akhirnya gw tau dan dia ngaku klo ternyata dia dokter. Dia bilang ga mo ngaku dokter karena takut membuat para cowok akan mundur (ehmm.. termasuk gw) damn.... Klo gw mau moderat gw bisa lanjut aja menjalaninya, tapi entah kenapa gw merasa lebih baik mundur di awal ketimbang semakin jauh sudah semakin melibatkan perasaan dan yang nantinya gw yakin akan lebih sakit...yah ibarat kata temen gw aja yang udah ngejalanin begitu lama akhirnya ga bisa dipertahankan toh, kenapa mumpung masih baru ga mundur aja pelan2, trus apakah itu salah dia karena menyandang 'kedokteran'nya itu? Dalam menilai dokter gw mungkin orang yang konservatif dengan label 'kuliah mahal' (gw inget banget dulu ada adek kelas gw yang lulus UMPTN Kedokteran FKUI tapi ga diambil karena memang ga ada biaya akhirnya masuk jurusan kampus keparat POLTEK)...di negara ini dokter merupakan profesi kelas utama, karena itu wajar untuk menuju profesi ini butuh dana yang besar...
Aaahh sudahlah,malah stress klo dipikirin jadi mo apa sekarang,
buat someone : sudah ketahuan kasta kita beda, jadi gw mesti menjadi seperti cowok2 lain yang mundur dari kehidupan loe, maaf yah, makasih buat semuanya, moga2 loe baca tulisan gw ini dan ngerti (loe seorang dokter, pinter, pasti gw jamin ngerti kok)
OMG, She's a doctor, so?